Apa Arti Pendamaian bagi Anda
Tab primer
Kebutuhan Kita akan Pendamaian dan Penyediaan Anugerah Allah dalam Kristus
Inti dari mengapa Allah Tritunggal kita menciptakan manusia adalah bahwa Dia menciptakan kita untuk mengenal Dia dalam hubungan perjanjian dan untuk menunjukkan kemuliaan-Nya di dunia sebagai raja dan ratu-Nya (Kej. 1:26-28; Mzm. 8). Namun, mengingat dosa manusia, bagaimana tujuan Allah tetap berlaku? Dalam dosa kita, kita -- yang diciptakan untuk mengenal, mengasihi, dan menaati Allah yang mulia -- dinyatakan bersalah dan dihukum di hadapan-Nya; kita tidak bisa menyelamatkan diri kita sendiri. Bagaimana Allah akan mengampuni kita, terutama karena "tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak" (Rm. 3:10, AYT)? Dosa Adam menjungkirbalikkan tatanan ciptaan dan menjatuhkan hukuman mati kepada seluruh umat manusia (Rm. 3:23; Rm. 6:23). Manusia, yang diciptakan untuk hubungan perjanjian dengan Allah dan satu sama lain, sekarang berada di bawah penghakiman Allah yang adil sebagai musuh dan sasaran murka-Nya (Ef. 2:1-3). Apa harapan yang ada untuk kita? Satu-satunya harapan kita adalah bahwa Allah Tritunggal kita, yang tidak membutuhkan kita, mengambil inisiatif dalam anugerah untuk menebus, membenarkan, dan mengubah kita (Ef. 2:4-7).
Berlawanan dengan pemikiran non-Kristen, kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri. Kita tidak boleh lupa bahwa pesan Injil bukanlah tentang perbaikan diri atau perbuatan baik kita demi kemajuan masyarakat. Tidak diragukan lagi, sebagai hasil dari Injil, hidup kita diubahkan dan kita mulai bertindak dengan benar terhadap Allah dan sesama. Namun, yang pertama dan terpenting, Injil adalah tentang keagungan, kemuliaan, dan keindahan Allah Tritunggal kita dan apa yang telah Dia lakukan untuk menebus, membenarkan, dan mendamaikan para pemberontak moral melawan Dia -- yang hanya pantas menerima penghakiman -- dan menjadikan segala sesuatu baru. Terlepas dari tindakan Allah dalam anugerah yang berdaulat, umat manusia benar-benar tersesat dan tanpa harapan. Poin ini secara khusus diperkuat ketika kita mengingat kepada siapa kita telah berdosa.
Mengingat bahwa Pencipta Tritunggal dan Tuhan kita adalah kudus dan adil (Yes. 6:1-4; Why. 4:8-11), standar moral alam semesta, Dia tidak bisa begitu saja mengabaikan dosa kita. Pikirkan tentang keadilan suci Allah (Kej. 18:25). Allah tidak seperti hakim manusia, yang mengadili hukum di luar diri-Nya sendiri; Allah adalah hukum. Apa yang benar, baik, dan indah diukur berdasarkan standar sifat dan kehendak Allah yang sempurna. Inilah mengapa dosa kita bukanlah masalah kecil! Dalam pemberontakan kita yang disengaja melawan Allah, kita tidak berdosa melawan kekuatan abstrak atau hukum impersonal, juga dosa kita tidak hanya dilihat secara horizontal, yaitu terhadap satu sama lain. Di atas segalanya, dosa kita adalah melawan Allah. Daud, misalnya, berdosa terhadap banyak orang dalam perselingkuhannya dengan Batsyeba dan segala akibatnya, tetapi Daud juga tahu bahwa dosanya pertama-tama terhadap Allah (Mzm. 51:4). Karena itu, Kitab Suci mengingatkan kita bahwa pengampunan Allah atas dosa kita tidaklah murah. Sebaliknya, agar Allah mengampuni kita, mengingat siapa Dia sebagai yang suci dan adil, Dia harus tetap setia pada diri-Nya sendiri. Dia harus bertindak untuk memuaskan tuntutan-Nya sendiri yang benar terhadap kita (Rm. 3:25-26).
Namun, hal ini menimbulkan pertanyaan penting yang dimulai dari Kejadian 3 pada keseluruhan Alkitab: Dalam pengampunan dosa kita, bagaimana Allah menunjukkan keadilan-Nya yang kudus, kasih perjanjian, tetap setia pada diri-Nya, dan membenarkan orang fasik (Rm. 4:5)? Kitab Suci jelas: hanya di dalam Kristus saja, Putra kekal yang menjadi manusia (Yoh. 1:1, 14) Allah Tritunggal kita telah memenuhi tuntutan-Nya yang adil terhadap orang-orang berdosa dan menjamin rekonsiliasi, pembenaran, dan penebusan kita dengan kehidupan-Nya yang taat dan kematian-Nya yang bersifat menggantikan (Rm. 5:1; 8:1). Untuk membatalkan, membalikkan, dan membayar dosa Adam, Tuhan kita Yesus Kristus adalah satu-satunya yang dapat melakukan ini untuk kita. Dalam kemanusiaan-Nya, Dia adalah satu-satunya yang dapat taat untuk kita sebagai kepala perjanjian kita. Sebagai Putra ilahi, Dialah satu-satunya yang mampu memenuhi tuntutan Allah sendiri terhadap kita dengan membayar hukuman atas dosa kita (Rm. 6:23). Terlepas dari kehidupan-Nya yang taat dan kematian yang menebus, kita tidak memiliki Juru Selamat (Yoh. 14:6; Kis. 4:12; Rm. 5:12-21; Ibr. 2:5-18). Namun, pujian dan syukur bagi Tuhan, karena inkarnasi, kehidupan, kematian, dan kebangkitan Putra ilahi, kita memiliki Penebus yang Maha Cukup yang memenuhi setiap kebutuhan kita (Ibr. 7:23-28).
Tidak ada berita yang lebih besar daripada ini: Kristus Yesus, sebagai Allah Putra yang berinkarnasi, secara sempurna memenuhi kebutuhan kita di hadapan Allah dengan hidup taat dan kematian yang bersifat menggantikan. Di dalam Kristus, kasih Tritunggal Allah dinyatakan secara mulia karena di dalam Kristus, kita menerima anugerah kebenaran yang sekarang menjadi milik kita melalui iman kepada-Nya. Dalam persatuan perjanjian dengan umat-Nya, Kristus, sebagai wakil dan kepala perjanjian kita, taat menggantikan kita, mengalami kematian yang seharusnya kita alami, dan memenuhi keadilan ilahi -- bahkan, keadilan-Nya sendiri -- yang dibuktikan dalam kebangkitan, kenaikan, dan pencurahan Roh-Nya yang mulia pada Pentakosta (Kis. 2). Karenanya, hanya dengan iman, di dalam Kristus saja, kebenaran-Nya menjadi milik kita, sekarang dan selama-lamanya (Rm. 8:1; 2Kor. 5:21; Gal. 3:13). Melalui persatuan iman dalam Kristus, kita dinyatakan sempurna: dibenarkan di hadapan Allah oleh pengampunan dosa kita dan mengenakan kebenaran-Nya (Rm. 4:1-8; 5:1-2).
Semua ini untuk mengatakan bahwa dalam memahami sepenuhnya siapa Yesus dan apa yang telah Dia lakukan untuk kita, kita melihat kembali bagaimana Allah menjadi pusat alam semesta-Nya, bukan kita. Dengan merenungkan karya penebusan Kristus bagi kita, kita diingatkan bahwa anugerah Allah Tritunggal kita telah merencanakan penebusan kita dari kekekalan dan menuntaskannya di panggung sejarah manusia. Dari awal hingga akhir, hanya Allah yang bertindak dalam kuasa dan anugerah yang agung untuk menyediakan, mencapai, dan menyelesaikan keselamatan kita atas inisiatif Bapa, di dalam dan melalui Putra, dan karya Roh untuk mempersatukan kita dengan Kristus sehingga seluruh karya-Nya sekarang menjadi milik kita. (Ef. 1:3-14).
Hidup sebagai Orang yang Dibenarkan dan Diperdamaikan di dalam Kristus
Mengingat apa yang Allah Tritunggal telah lakukan bagi kita di dalam Kristus, dampak praktis apakah yang dihasilkan hal ini dalam hidup kita? Banyak aplikasi yang dapat dilakukan, tetapi fokus saya adalah pada satu aplikasi tertentu. Saat kita berpikir tentang pengampunan Allah atas dosa kita di dalam Kristus dan pembenaran kita di hadapan Allah, hal ini membentuk cara pandang tentang dosa orang-orang terhadap kita, seburuk apa pun, dan memungkinkan kita untuk saling mengampuni.
Dalam Doa Bapa Kami, kita diajar untuk memohon kepada Allah pengampunan atas dosa-dosa kita dan mengampuni orang lain yang telah berdosa terhadap kita (Mat. 6:12). Yesus membuatnya lebih jelas ketika Dia berkata: "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan-kesalahan orang lain, Bapa surgawimu juga akan mengampunimu. Akan tetapi, jika kamu tidak mengampuni kesalahan-kesalahan orang lain, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu" (Mat. 6:14-15, AYT). Banyak yang bergumul dengan pernyataan ini seolah-olah Yesus memberi kita hubungan sifatnya saling membalas (kebaikan dibalas kebaikan, kejahatan dibalas kejahatan - Red.), tetapi bukan ini yang Dia maksud. Sebaliknya, kita harus menempatkan Doa Bapa Kami dalam kaitan konteksnya dalam Matius, dan dalam kaitan pencapaian salib Kristus.
Ketika kita melakukan ini, kita menyadari bahwa Tuhan kita sedang mengajar umat-Nya tentang bagaimana kita berhubungan dengan benar satu sama lain dan hubungan antara pengampunan Allah atas dosa kita dan pengampunan kita terhadap orang lain. Kita dapat mengatakannya seperti ini: karena, di dalam Kristus, kita telah diampuni dari dosa kita yang mengerikan terhadap Allah segala kemuliaan, dan bahwa, di dalam Kristus, segala sesuatu yang telah kita terima adalah karena anugerah, maka jika Allah telah mengampuni kita atas pemberontakan kita terhadap-Nya, maka kita pasti dapat mengampuni dosa orang lain terhadap kita! Allah telah melakukan hal yang lebih besar dalam pengampunan kita, dan dosa manusia terhadap kita tidak sama dengan pemberontakan kita terhadap Allah. Dengan kata lain, diasumsikan bahwa kita semua memiliki masalah dosa yang sama; yaitu, kita berdiri sama di bawah murka dan penghakiman Allah. Jadi, sebelum kita mempertimbangkan apa yang telah dilakukan orang lain kepada kita, kita tidak boleh melupakan apa yang telah kita lakukan kepada Allah! Selain itu, saat kita mempertimbangkan pembenaran kita di dalam Kristus: dosa kita telah sepenuhnya ditebus dan kita mengenakan kebenaran Kristus yang sempurna -- yang telah kita terima melalui anugerah! (Ef. 2:8-10) Saat berhubungan dengan orang lain, kita harus belajar mengampuni mereka karena apa yang telah dilakukan Allah, di dalam Kristus, bagi kita.
Pikirkan tentang bagaimana poin ini diperkuat kemudian dalam Injil Matius. Saat Petrus datang kepada Yesus dan bertanya kepadanya seberapa sering dia harus mengampuni saudaranya yang telah berdosa terhadapnya, Yesus menjawab: "Aku tidak mengatakan kepadamu sampai 7 kali tetapi sampai 70 kali 7 kali" (Mat. 18:22, AYT), dengan demikian menggarisbawahi kebutuhan kita untuk mengampuni dosa saudara kita terhadap kita berulang kali. Mengapa? Karena pertama, Tuhan telah mengampuni kita dari dosa yang lebih besar -- yaitu, dosa kita di hadapan-Nya -- dan kita harus membalasnya dengan mengampuni dosa yang lebih kecil -- yaitu, dosa manusia terhadap kita. Ini bukan untuk mengecilkan sifat mengerikan dari dosa manusia terhadap kita. Sebaliknya, untuk mengingat bahwa masalah terbesar kita sebagai manusia pertama-tama adalah dosa kita di hadapan Allah, Pencipta dan Tuhan kita, yang layak atas semua kasih, pengabdian, dan ketaatan kita.
Cara lain yang dapat kita pikirkan tentang hal ini adalah dengan mengajukan pertanyaan kepada diri kita sendiri: Jika kita mengalami kesulitan untuk mengampuni mereka yang telah berdosa terhadap kita, apakah pertama-tama kita memikirkan dosa kita di hadapan Allah dan pembenaran Allah yang mulia dan murah hati atas dosa kita di dalam Kristus Yesus? Kecuali kita melihat bahwa masalah kita pertama-tama adalah melawan Allah dan bahwa kita telah banyak diampuni, kita akan selalu bergumul untuk mengampuni orang lain. Sedihnya, hari ini di gereja, tampaknya kita dapat berfokus pada apa yang telah dilakukan seseorang terhadap kita -- baik pada masa lalu atau sekarang -- dan tidak terlebih dahulu berfokus pada dosa kita di hadapan Allah dan pembenaran kita di dalam Kristus. Jika Anda bergumul untuk memaafkan orang lain, pertama-tama pikirkan apa yang telah Allah lakukan untuk Anda!
Untuk Studi dan Refleksi Lebih Lanjut
Teks yang berfokus pada karya Kristus dan pembenaran kita: Rm. 3:21-31; 5:1-11; 6:1-14; 8:1-17; 2Kor. 5:16-21.
Teks yang berfokus pada tanggapan kita: Mat. 6:14-15; 18:15-35; Rm. 13:9-21; Flp. 2:1-11; Kol. 4:12-17; 1Yoh. 1:8-10; 2:9-11; 4:7-12.
(t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Crossway |
Alamat situs | : | https://crossway.org/articles/what-the-atonement-means-for-you |
Judul asli artikel | : | What the Atonement Means for You |
Penulis artikel | : | Stephen J. Wellum |