Jalan Kematian, Jalan Kehidupan
Tab primer
Pengarang : Eka Dharmaputera
Penerbit : Gunung Mulia, Jakarta 2006
Ukuran : 14,5 x 21 cm
Tebal : 120 halaman
Sumber : Pub. e-Buku edisi 18/2007
Buku berjudul "Jalan Kematian, Jalan Kehidupan" ini adalah salah satu buku yang patut dibaca setelah kita melewati hari kelahiran Yesus Kristus (baca: hari Natal). Pasalnya, di dalam buku bersampul biru dan bergambar bukit berwarna keputihan ini, Pdt. Dr. Eka Darmaputera (alm.) mengajak kita untuk menghayati makna Paskah dan makna kematian Yesus Kristus di kayu salib. Buku yang ditulis Pdt. Eka di masa hidupnya ini, sebetulnya merupakan kumpulan khotbahnya dalam sebuah buku berjudul "Sapaan Sabda dari Mimbar Gereja". Di sampul belakang buku ini, pihak penerbit menulis, "Buku ini memuat kumpulan khotbah Eka yang berisi khotbah menjelang Yesus disalibkan. Uraiannya yang gamblang, mudah dipahami, dan mengena membuat kita seolah-olah turut menyaksikan peristiwa menjelang Yesus disalibkan ribuan tahun yang lalu."
Apa yang dituliskan oleh pihak penerbit tersebut memang tak berlebihan. Soalnya, dalam 23 renungan yang ditulis Pdt. Eka di buku ini, pembaca diajak merenungkan makna kehadiran Yesus di dunia hingga pada kematian dan kebangkitan-Nya. Dalam tulisan pertama yang berjudul Mengapa Dia Disalibkan, yang ayat acuannya diambil dari Yohanes 19:17-22, ditulis, "Saya bayangkan, kalau saya ada di situ pada waktu itu, di jalan antara Yerusalem dan Golgota, di tengah kerumunan massa yang menonton Yesus yang tertatih-tatih memikul salib, maka bukan saya saja, tetapi juga orang-orang lain, akan bertanya-tanya: Mengapa Ia disalibkan? Mengapa Ia mesti disalibkan? Orang yang begitu baik, yang cuma ada kelembutan memandang dari wajah-Nya, yang cuma ada kebaikan tersimpan dalam hati-Nya, dan yang cuma ada welas-asih keluar dari tindakan-Nya, kalau Ia begitu baik, mengapa orang sebaik itu disalibkan? (halaman 1). Tapi, di halaman 4, Pdt. Eka menjawab pertanyaan mengapa dan mengapa tadi.
Dalam tulisan kesembilan berjudul Jalan Salib, yang ayat acuannya diambil dari Yohanes 12:20-28, ada ditulis, "Apa inti yang paling pokok dari kekristenan atau menjadi orang Kristen itu? Dalam pembacaan kita, Yesus mengemukakan tiga hal. Pertama, menurut Yesus, ajaran yang paling pokok dari kekristenan adalah penyangkalan diri. Kesediaan untuk mematikan "keakuan" dan pementingan diri sendiri. Sesungguhnya, jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja, tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Menjadi orang Kristen berarti Anda mesti bangun, berdiri, bergerak, berjalan, mengikut Yesus. "Barang siapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku." Di sini salah paham paling banyak terjadi. "Bukan kita yang mengikut Yesus, tetapi Yesus yang mengikut kita" (halaman 39-41). Buku ini sangat menolong kita guna menghayati makna pengorbanan Yesus, jadi patut dibaca.
Diambil dan diedit seperlunya dari:
Situs: BPK Gunung Mulia
Peresensi: Jonro I. Munthe