Syahdunya Ibadah Kamis Putih
Tab primer
Nanti malam beberapa gereja akan mengadakan ibadah Kamis Putih. Di gerejaku ibadah Kamis Putih selalu dilengkapi dengan adanya Perjamuan Kudus. Ibadah ini biasanya dipusatkan di gereja induk/pusat. Dengan demikian seluruh jemaat dari berbagai wilayah akan berkumpul bersama di gereja.
Ibadah Kamis Putih berbeda dengan ibadah malam Natal. Tidak banyak jemaat yang merantau yang pulang kampung untuk mengikuti ibadah Kamis Putih bersama keluarga. Ibadah ini terkesan lebih sunyi dan mencekam. Beberapa waktu yang lalu kami diajak untuk menonton film tentang penyaliban Yesus. Suasana malam itu cukup menakutkan. Dengan diselimuti cahaya lampu yang redup menciptakan suasana yang syahdu di malam itu. Setelah beberapa saat film diputar, beberapa ibu terlihat meneteskan air mata melihat Yesus disiksa dan disalib. Kami seolah dibawa kembali ke masa itu, masa yang mengerikan dan menyedihkan. Tak sedikit wajah anak-anak yang ketakutan bercampur dengan rasa ingin tahu terlihat di beberapa kursi. Ada juga yang menangis karenanya.
Dengan suasana yang semacam itu, jemaat semakin terbawa suasana. Perjamuan Kudus pun diikuti dengan begitu khidmat. Setiap jemaat tersentuh dan semakin sungguh-sungguh merenungkan pengorbanan Yesus. Jemaat diingatkan kembali tentang betapa berharganya manusia hingga Sang Anak Allah rela berkorban mati tergantung di kayu salib.
Sungguh, saya merasa ibadah Kamis Putih lebih menyentuh dan bermakna. Namun, bukan berarti ibadah malam Natal tidak bermakna. Akan tetapi, menyaksikan kembali kematian Yesus membuat saya merasa tersanjung dan berharga. Kematiannya bukanlah akhir dari segalanya, mujizat kebangkitan-Nya yang memberikan jaminan kepada kita untuk mewarisi keselamatan kekal dari Allah telah menanti. Dan barangsiapa percaya kepada-Nya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. LUAR BIASA!
Akhirnya, saya berharap saya bisa melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Rasul Paulus dalam Filipi 3:10 (Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,). Seorang Saudara seiman yang saya temui hari ini membagikannya kepada saya. Dia berkata, bahwa dalam Yesus kita tidak hanya diharapkan untuk mengenal kuasa kebangkitan-Nya tapi juga bersedia menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya. Maksudnya kita bukan hanya mau menerima hal-hal yang menyenangkan yang Tuhan janjikan namun juga dengan rela menjalani hal-hal yang tidak menyenangkan. Selain itu, mari kita bukan hanya berani hidup namun juga berani mati untuk dan bagi Yesus.
Selamat Paskah, Saudara/i.
Tuhan beserta kita