Salib Kristus lebih dari sekadar simbol
Tab primer
Oleh: Peserta Kelas Diskusi Paskah Maret 2010 - Philip Sitomorang
"Kristus mengutus saya bukan untuk membaptis orang tetapi untuk menginjil
, bukan dalam kebijaksanaan pertuturan, kalau-kalau salib Kristus menjadi tidak berkesan" (1 Korintus 1:17).
Salib menjadi simbol bagi orang Kristen. Tidak heran banyak orang di luar Kristen menandai jika sesorang mengenakan hiasan berupa kalung, gelang, atau hiasan-hiasan lain di tubuhnya yang berbau salib, maka orang tersebut adalah Kristen. Saya tidak menolak pandangan itu.
Salib Kristus lebih dari itu. Salib bukan hanya barang hiasan yang dikenakan di leher, di tangan, di dinding rumah atau lainnya. Namun, salib adalah lambang kasih paling dalam dari Allah kepada manusia. Satu-satunya harapan manusia untuk dibebaskan dari genggaman dan rasa bersalah dosa ialah kerja Kristus yang sudah selesai di salib. Allah tidak meminta orang memeluk agama, atau adat atau keyakinan lain, tetapi Allah meminta menerima keselamatan lewat salib Kritus.
Rasul Paulus
menyadari betul perkataannya dalam 1 Korintus 1:17. Lewat perjumpaannya Saulus dengan Kristus yang mengubah nama dan hidupnya, menjadikan Paulus berubah total. Lewat kemampuannya, Paulus bisa melakukan banyak hal dalam memberitakan salib Kristus. Namun, bukan karena kemampuannya itu ia menjadi berhasil dalam pekerjaannya. Paulus sadar betul bahwa apa yang diberitakannya bukan usaha sendiri, tetapi karena anugerah Allah yang ada ada dirinya. Bahkan Paulus menggaris bawahi perkataanya, "Kristus mengutus saya bukan untuk membaptis orang tetapi untuk menginjil, bukan dalam kebijaksanaan pertuturan, ...." Pengajaran salib Kristus bukan hanya soal membaptis, bukan hanya soal kata-kata hebat dalam berkhotbah
, tetapi dalam bentuk teladan yang nyata sehingga salib Kristus itu bisa dirasakan oleh semua orang.
Salib Kristus akan menjadi sia-sia jika orang yang mendengar hanya menyimpannya sendiri. Yesus rela datang ke dunia untuk menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan. Yesus mati bagiku. Apakah kematian-Nya juga sudah diresapi oleh kita? Apakah salib-Nya hanya sebagai hiasan yang memperindah tubuh dan rumah kita?