Bukan Hanya Yesus yang Mati pada Hari Jumat Agung
Tab primer
Yesus, Imam Besar Agung
kata Kematian Yesus adalah akhir dari jabatan keimaman. Meskipun sebenarnya ada beberapa imam besar lagi di Yerusalem sebelum bait suci dihancurkan pada tahun 70 M, Kayafas adalah imam besar terakhir yang melayani sebagai penunjuk kepada Imam Besar Agung, Yesus. Kenyataannya adalah bahwa imam yang tidak sempurna tidak diperlukan lagi ketika imam yang sempurna itu telah datang. "Dan karena kita memiliki seorang Imam Besar yang mengepalai rumah Allah, maka marilah kita mendekat kepada Allah dengan hati yang tulus dalam keyakinan iman yang penuh, dengan hati kita yang telah dibersihkan dari nurani yang jahat, dan tubuh yang telah dicuci dengan air murni" (Ibr. 10:21-23, AYT). Oleh karena imam besar demikian yang kita miliki, maka tanggapan seharusnya yang paling masuk akal adalah mendekatkan diri kepada Allah.
Kematian Yesus adalah akhir dari sistem kurban. Tidak perlu ada lagi domba tak bercacat yang disembelih. "Ia hanya mempersembahkan kurban sekali untuk selamanya, yaitu diri-Nya sendiri" (Ibr. 7:27, AYT).
Kematian Yesus adalah akhir dari bait suci yang terbuat dari batu kapur di Yerusalem. Tapi itu bukan akhir dari semua bait suci. Ketika Bait Suci Sejati dihancurkan, tentu saja, itu dibangun kembali dalam tiga hari. Yesus dibangkitkan dari kematian, Dia naik ke surga, dan empat puluh hari kemudian api Allah dalam pribadi Roh Kudus tidak turun ke atas Ruang Mahakudus di bait suci di Yerusalem, tetapi di atas kepala orang-orang percaya yang berkumpul di sebuah ruang atas saat mereka menunggu dan berdoa memohon kuasa. Mereka menjadi bait Roh Kudus yang hidup dan bernapas, batu hidup yang "dibangun menjadi suatu rumah rohani, imamat kudus untuk mempersembahkan kurban-kurban rohani yang berkenan kepada Allah melalui Kristus Yesus" (1Ptr. 2:5, AYT).
Kematian Yesus adalah penggenapan Hari Pendamaian. Imam besar tidak perlu lagi menggorok leher kambing dan memercikkan darahnya ke tirai. Tirai itu telah terbelah. Yesus "masuk ke Ruang Mahakudus satu kali untuk selamanya, bukan dengan membawa darah kambing jantan dan darah anak sapi, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri sehingga mendapatkan penebusan yang kekal" (Ibr. 9:12, AYT). Imam besar tidak perlu lagi mengaku dosa di atas kepala kambing satunya, kurban pendamaian, dan membawanya keluar ke padang gurun untuk mati. Semua dosa umat Allah diletakkan di atas satu kurban pendamaian yang sejati. Di kayu salib, "TUHAN telah membebankan ke atasnya seluruh kejahatan kita" (Yes. 53:6, AYT), agar kita tahu: "seperti jauhnya timur dari barat, demikian juga Dia menjauhkan kita dari pelanggaran kita" (Mzm. 103:12, AYT).
Dia Membuka Tirai
Kematian Yesus adalah akhir dari akses setahun sekali bagi imam besar ke hadirat Allah. Pada dasarnya terbelahnya tirai adalah membuka lebar pintu. Karena dosa semua orang yang menaruh kepercayaan mereka pada Kristus sepenuhnya diselesaikan dalam kematian Yesus, para pendosa yang telah diampuni sekarang disambut ke hadirat Allah dalam kesatuan dengan Kristus. "Kita memiliki keberanian untuk masuk ke dalam Ruang Maha Kudus oleh pengorbanan darah Yesus, dengan jalan yang baru dan hidup, yang telah dibukakan oleh Yesus bagi kita melalui tirai, yaitu tubuh-Nya" (Ibr. 10:19-21, AYT). Terbelahnya tirai adalah tanda nyata dari terkoyaknya tubuh Kristus. Karena tubuh-Nya terkoyak, maka kita bisa masuk.
Sudahkah Anda? Apakah Anda sudah masuk? Dan, jika belum, mengapa? Mungkinkah Anda tidak menganggap diri Anda membutuhkan belas kasihan? Atau, apakah Anda tidak benar-benar percaya bahwa Anda akan menerima belas kasihan?
Kayafas yang malang. Dia tidak menganggap dirinya membutuhkan belas kasihan, dan karena itu dia tidak pernah memohon untuk itu. Tidak heran dia tidak layak untuk peran imam besar, peran yang bertanggung jawab untuk mendorong dan mengajak umat Allah mengalami kemurahan hati belas kasihan Allah. Sahabatku, jika Anda tidak menganggap diri Anda membutuhkan belas kasihan, saya berdoa agar Allah membuka mata Anda terhadap realitas jiwa Anda sendiri, sehingga Anda akan melihat betapa mati dan gelapnya jiwa Anda. Saya berdoa agar realitas dosa Anda tidak membuat Anda putus asa, tetapi justru itu akan membuat Anda bertekad untuk datang kepada satu-satunya sumber belas kasihan yang Anda butuhkan.
Dan, jika Anda adalah seseorang yang tidak benar-benar percaya bahwa Anda akan menerima belas kasihan, saya berdoa kiranya Allah membuka mata Anda terhadap kebaikan dan kemurahan hati Imam Besar Agung Anda yang senang mencurahkan belas kasihan kepada orang-orang yang tidak layak menerimanya.
Suatu hari nanti, Anda akan berdiri di hadapan Hakim seluruh bumi. Dia tidak akan menjadi hakim yang jahat dan korup seperti Kayafas. Dia akan menjadi hakim yang sempurna, Yesus sendiri. Semua yang berseru kepada-Nya memohon belas kasihan akan berdiri di hadapan-Nya, yang tidak hanya sebagai hakim mereka, tetapi juga sebagai Pembela mereka, sebagai Imam Besar Agung mereka. Semua yang berseru kepada-Nya menemukan belas kasihan hari ini dan masih akan mengalami belas kasihan-Nya pada hari besar itu, bahkan sampai kekekalan.
Sebab, kita tidak memiliki Imam Besar yang tidak dapat memahami kelemahan-kelemahan kita, tetapi kita memiliki Imam Besar yang telah dicobai dalam segala hal, sama seperti kita, tetapi Ia tidak berdosa. Karena itu, dengan keyakinan, marilah kita datang menghampiri takhta anugerah supaya kita dapat menerima belas kasihan dan menemukan anugerah untuk menolong kita, ketika kita membutuhkannya. (Ibr. 4:15-16, AYT)
(t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Crossway |
Alamat situs | : | https://crossway.org/articles/it-wasnt-just-jesus-that-died-on-good-friday |
Judul asli artikel | : | It Wasn't Just Jesus That Died on Good Friday |
Penulis artikel | : | Nancy Guthrie |