4 Cara Yesus Menggenapi Setiap Janji di Perjanjian Lama

Empat Cara Yesus Membuat Setiap Janji Menjadi "Ya"

Ketika Yesus menggenapi Hukum Taurat dan kitab para nabi dalam Perjanjian Lama, Ia mewujudkan segala sesuatu yang telah diramalkan oleh Kitab Suci dan menggenapi janji serta nubuatan Allah (Mat. 5:17; 11:13; Luk. 16:16; 24:44). Sesungguhnya setiap janji dalam Kitab Suci adalah "Ya" di dalam Kristus (2 Korintus 1:20). Di dalam Dia, Allah menjamin setiap berkat bagi orang percaya (Galatia 3:14; Efesus 1:3).

Namun, Yesus menggenapi janji-janji Perjanjian Lama dengan lebih dari satu cara, dan ini berarti orang Kristen tidak dapat mendekati janji-janji Perjanjian Lama dengan cara yang sama. Orang-orang percaya harus mengklaim janji-janji Alkitab dengan menggunakan kerangka kerja historis-keselamatan yang menempatkan Yesus sebagai pusatnya. Kristus adalah lensa yang memperjelas dan memfokuskan makna kekal dari semua janji Allah bagi kita.

1. Kristus menekankan beberapa janji di Perjanjian Lama tanpa propaganda.

Kristus menekankan janji-janji tertentu tanpa propaganda akan janji-janji tersebut kepada penerima yang lebih luas. Banyak di antaranya adalah janji-janji pemulihan yang eksplisit yang mencakup visi keselamatan bagi dunia setelah pembuangan Israel. Pertimbangkan, misalnya, nubuat Daniel: "Banyak dari antara orang-orang yang tidur di dalam debu tanah akan bangun, beberapa untuk memperoleh hidup yang kekal, dan sebagian untuk mendapat cela dan penghinaan yang kekal" (Dan. 12:2, AYT). Menyinggung ayat ini, Yesus mengaitkan kebangkitan yang sama dengan kedatangan-Nya yang kedua kali: "Saatnya akan tiba ketika semua orang yang ada di dalam kubur akan mendengar suara-Nya [Anak Manusia] dan mereka yang telah berbuat baik akan menuju kebangkitan hidup, sedangkan mereka yang berbuat jahat, menuju kebangkitan penghakiman" (Yoh. 5:28-29; bdk. Yoh. 11:11,25; 1 Kor. 15:51-52).

Gambar: bersyukur

Yesus mencatat bahwa Perjanjian Lama mengindikasikan bahwa kebangkitan Mesias akan mendahului dan mempersiapkan kebangkitan kita: "Ada tertulis bahwa Kristus harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga. Dan, pertobatan untuk pengampunan dosa akan dinyatakan dalam nama-Nya kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem" (Lukas 24:46-47; bdk. 1 Kor. 15:3-5).1

Kebangkitan dari kematian dan penghakiman kekal adalah dua dari "pengajaran dasar tentang Kristus" (Ibrani 6:1-2, AYT). Orang-orang Kristen harus mengklaim janji kebangkitan dalam Daniel 12:2 sebagai milik kita. Namun, kita melakukannya dengan menyadari bahwa kita hanya akan dibangkitkan karena Kristus telah terlebih dahulu dibangkitkan. "Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai buah sulung dari semua orang percaya yang telah mati. . . . Kristus sebagai buah sulung, setelah itu mereka yang menjadi milik Kristus pada kedatangan-Nya kembali" (1 Korintus 15:20, 23, AYT). Seperti yang Yesus katakan, "Akulah kebangkitan dan kehidupan; siapa pun yang percaya kepada-Ku, dia akan hidup walaupun dia sudah mati" (Yohanes 11:25; bdk. Roma 6:5). Kebangkitan ini memiliki dimensi yang sudah terjadi, tetapi belum terjadi. Sebab, orang-orang kudus yang telah ditebus dari zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mendapat manfaat darinya. Yesus memelihara janji di Perjanjian Lama tanpa mengubahnya dan mendapat keuntungan darinya.

2. Kristus menekankan beberapa janji di Perjanjian Lama dengan propaganda.

Ketika Kristus menggenapi beberapa janji dalam Perjanjian Lama, Ia memperluas janji tersebut kepada semua pihak yang berhubungan dengan-Nya. Sebagai contoh, perhatikan bahwa misi Mesias yang dijanjikan diperluas kepada gereja. Yesaya menggambarkan sang Pembebas yang akan datang dari kerajaan itu berbicara sebagai orang pertama dan menyatakan bahwa Yahweh telah memanggilnya sejak dari kandungan, menamainya "Israel", dan memberitahukan bahwa misinya sebagai hamba Allah adalah untuk menyelamatkan beberapa orang dari antara bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain:

Terlalu ringan bagimu untuk menjadi hamba bagi-Ku.

untuk membangkitkan suku-suku Yakub
dan untuk membawa kembali orang-orang Israel yang masih terpelihara;

Aku akan menjadikanmu terang bagi bangsa-bangsa

sehingga keselamatan-Ku dapat sampai ke ujung bumi. (Yes. 49:6 bdk. Yes. 49:1, 3)2

Melalui tindakan ini, Allah akan menggenapi janji-janji-Nya yang sebelumnya kepada Abraham (Kej. 12:3; 22:18; bdk. Yes. 51:1-4; 54:1-3).

Paulus melihat Yesus sebagai rujukan yang paling dekat dengan pribadi hamba Yesaya karena ia berkata bahwa ia "tidak mengatakan hal lain, kecuali apa yang dikatakan oleh para nabi dan Musa tentang yang akan terjadi, bahwa Kristus harus menderita dan bahwa, dengan alasan menjadi yang pertama bangkit dari antara orang mati, Ia akan memberitakan terang, baik kepada orang-orang Yahudi maupun kepada bangsa-bangsa lain" (Kisah Para Rasul 26:22-23, AYT). Namun, Paulus juga melihat janji-janji di Perjanjian Lama menjangkau lebih jauh lagi kepada misi semua orang yang ada di dalam Kristus:

Kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Sebab, beginilah Tuhan memberi perintah kepada kami:

"Aku telah menjadikanmu terang bagi bangsa-bangsa lain
supaya kamu membawa keselamatan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 13:46-47, AYT)

Janji yang berkaitan dengan pekerjaan hamba mesianik kini telah menjadi amanat bagi semua hamba yang diidentifikasikan dengan-Nya.

Sesungguhnya setiap janji dalam Alkitab adalah "Ya" di dalam Kristus.

3. Kristus sendiri yang menggenapi atau, secara unik, merealisasikan beberapa janji di Perjanjian Lama.

Beberapa janji di Perjanjian Lama telah digenapi atau direalisasikan secara unik oleh Kristus. Penggenapan seperti itu membuktikan bahwa Allah pasti akan menepati janji-janji-Nya yang lain (Ul. 18:22; Yeh. 33:33; bdk. Rm. 8:32). Sebagai contoh, nabi Mikha menubuatkan bahwa seorang penguasa yang telah lama dinubuatkan di Israel akan muncul dari Betlehem (Mik. 5:2), dan Kristus secara eksklusif menggenapi janji itu pada saat kelahiran-Nya (Mat. 2:6). Hanya ada satu Kristus dan Ia hanya lahir satu kali. Namun demikian, kelahiran-Nya adalah untuk memicu kembalinya "saudara-saudara-Nya" secara global, dan sebagai Raja, Ia akan "menggembalakan kawanan domba-Nya dengan kekuatan Tuhan," sehingga menegakkan keamanan dan kedamaian yang kekal dan menikmati nama yang agung (Mikha 5:3-5). Semua janji-janji yang ditambahkan ini terus memberikan penghiburan dan pengharapan kepada orang-orang Kristen. Selain itu, kelahiran Kristus di Betlehem memberi kepastian bagi kita akan peninggian-Nya yang permanen dan mendunia.

Sesungguhnya setiap janji dalam Alkitab adalah "Ya" di dalam Kristus.

Contoh lainnya adalah janji Yahweh kepada Salomo, karena ia meminta hikmat dan bukannya umur panjang, kekayaan, atau hukuman atas musuh-musuhnya, maka Allah akan memberinya hikmat, kekayaan, dan kehormatan (1 Raja-raja 3:11-13). Janji ini adalah "ya" di dalam Kristus, karena di atas kayu salib, Yesus telah menebus semua anugerah ilahi berupa kebaikan, ketabahan, dan kesabaran yang ada di dalam dunia kasih karunia (Kej. 8:20-21; Rm. 2:4; 3:25-26).

Namun demikian, karena janji ini bergantung pada permintaan satu orang dan mencakup berkat yang berkaitan dengan pemerintahan satu orang, kekhususan janji ini mengindikasikan bahwa janji ini bukanlah janji yang selalu dinikmati oleh setiap orang percaya. Tidak seperti janji Yahweh untuk tidak pernah meninggalkan atau mengabaikan Yosua (Ul. 31:8; Yos. 1:5), yang berlaku untuk semua orang yang mengikutinya (Ul. 31:6), janji ini unik untuk Salomo sendiri, di mana orang lain hanya mendapat manfaat dari hikmat, kekayaan, dan kehormatan yang dinikmatinya.

4. Kristus memperbarui beberapa janji Perjanjian Lama.

Kadang-kadang, Yesus mengubah atau mengembangkan susunan dan pendengar dari sebuah janji dalam Perjanjian Lama. Janji-janji ini berhubungan secara langsung dengan bayang-bayang yang memperjelas dan menunjuk kepada substansi yang lebih besar di dalam Kristus—yaitu, pola atau tipe Perjanjian Lama yang menemukan klimaksnya atau antitipenya di dalam Yesus.3 Tanah yang dijanjikan oleh YHWH kepada Abraham dan keturunannya sebagai milik yang kekal termasuk di dalam tipe ini (bdk. Kej. 13:15; 17:8; 48:4; Kel. 32:13). Sang bapa leluhur akan menjadi bapa dari satu bangsa yang akan tinggal di tanah Kanaan (Kej. 17:8) dan mengawasi lingkup geopolitik yang lebih luas lagi (Kej. 15:18). Realitas ini pada awalnya digenapi dalam perjanjian Musa (Kel. 2:24; 6:8; Ul. 1:8; 6:10; 9:5; 30:20; 34:4) dan direalisasikan pada zaman Yosua (Yos. 11:23; 21:43) dan Salomo (1 Raja-raja 4:20-21). Namun demikian, Kitab Kejadian telah meramalkan bahwa Abraham tidak hanya menjadi bapa dari satu bangsa, tetapi juga bangsa-bangsa (Kej. 17:4-6) dan meramalkan pengaruhnya yang menjangkau bukan hanya sebuah tanah (tunggal), tetapi juga negeri-negeri (jamak) (Kej. 26:3-4; bdk. Kej. 15:18; Kej. 17:8). Hal ini akan terjadi ketika keturunan raja yang tunggal ini bangkit untuk menguasai pintu gerbang musuh-musuhnya dan ketika, di dalam Dia, semua bangsa di bumi menganggap diri mereka diberkati (Kej. 22:17-18; 24:60; bdk. Mzm. 2:7). Paulus mengutip tanah perjanjian yang sesungguhnya di dalam kitab Kejadian (Kej. 26:3) dan singgungannya (Kej. 22:17-18; bdk. Kej. 13:15; Kej. 17:8; Kej. 24:7; Kej. 28:4) ketika ia mengidentifikasikan Kristus sebagai keturunan yang kepadanya janji-janji itu diberikan (Gal. 3:16). Sang rasul kemudian menyatakan bahwa semua orang yang ada di dalam Kristus, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, baik budak maupun orang merdeka, baik laki-laki maupun perempuan, "adalah keturunan-keturunan Abraham dan ahli waris sesuai dengan perjanjian" (Galatia 3:28-29, AYT). Paulus juga menekankan bahwa warisan orang Kristen (Gal. 3:18) bukanlah Yerusalem yang sekarang yang diasosiasikan dengan perjanjian Musa, melainkan Yerusalem sorgawi (Gal. 4:24-26), yang diasosiasikan oleh Yesaya dan Yohanes dengan bumi yang baru (Yes. 65:17-25; Why. 21:1-22:5; bdk. Ibr. 12:22).4

Di dalam perjanjian yang baru, Kristus mentransformasikan suatu gambaran menjadi tanda dengan menggenapi tanah perjanjian yang sesungguhnya di dalam diri-Nya sendiri dan dengan meluaskannya ke seluruh dunia melalui umat-Nya. Melalui perkataan Paulus, Allah berjanji kepada "Abraham dan kepada keturunannya bahwa dia akan menjadi pewaris dunia" (Rm. 4:13); pada saat penyempurnaan, bumi yang baru akan sepenuhnya mewujudkan tanda tersebut. Dengan memperluas tanah yang dijanjikan, Yesus mentransformasikan "milik abadi" Israel (Kej. 17:8; 48:4), serta mewujudkan hal yang telah dinubuatkan oleh Allah kepada para leluhur.

Kesimpulan

Janji-janji Allah sering kali dikaitkan dengan kehidupan atau kematian, serta bergantung pada ketaatan mitra perjanjian-Nya. Sementara itu, perjanjian Musa yang lama itu bersyarat dan dapat dibatalkan (dan dengan demikian untuk sementara waktu dianggap sebagai ketidaktaatan Israel), dan perjanjian Abraham bersifat bersyarat dan tidak dapat dibatalkan. Ini berarti bahwa Allah memang akan merealisasikan semua janji-janji tersebut, tetapi hal ini hanya akan dilakukan melalui Anak yang taat (bdk. Kej. 12:3; 18:18-19; 22:17-18). Mewakili Abraham dan Israel, Yesus secara aktif menaati dan menjamin janji-janji dalam Perjanjian Lama bagi semua orang yang ada di dalam Dia. Kristus menekankan beberapa janji tanpa propaganda, menekankan yang lain dengan propaganda, menggenapi beberapa, dan memperbarui yang lain.

Yesaya menyatakan bahwa sepanjang zaman tidak ada telinga yang pernah mendengar dan mata yang pernah melihat Allah seperti Allah kita "yang bertindak bagi mereka yang menanti-nantikan Dia" (Yesaya 64:4). Oleh karena itu, seruan dari teks Alkitab adalah agar kita percaya pada janji-janji Allah. Tepat sebelum Paulus menegaskan bahwa "semua janji Allah adalah -- ya -- di dalam [Kristus]" (2 Korintus 1:20, AYT), ia menyatakan, "Allah adalah setia" (2 Korintus 1:18). Seperti yang dinyatakan oleh pemazmur,

Tuhan itu setia dalam segala firman-Nya

dan baik dalam segala pekerjaan-Nya. (Mzm. 145:13; bdk. 2 Tes. 3:3; 2 Timotius 2:11-13);

1 Petrus 4:19; 1 Yohanes 1:9)

Suatu hari nanti, Allah akan menggenapi semua janji-Nya kepada kita di dalam Kristus. Dan, kita akan berkata pada hari itu,

Sesungguhnya, inilah Tuhan kita! Kita sudah menanti-nantikan Dia untuk menyelamatkan kita!

Inilah TUHAN; kita telah menanti-nantikan Dia!

Mari kita bergembira dan bersukacita dalam keselamatan-Nya. (Yesaya 25:9, AYT)

Catatan:

  1. Untuk lebih lanjut tentang nubuat dalam Perjanjian Lama tentang kebangkitan Kristus pada hari ketiga, lihat Mitchell Lloyd Chase, "Resurrection Hope in Daniel 12:2: An Exercise in Biblical Theology" (disertasi doktoral, The Southern Baptist Theological Seminary, 2013); Mitchell L. Chase, "The Genesis of Resurrection Hope: Exploring Its Early Presence and Deep Roots," JETS 57, no. 3 (2014). 3 (2014): 467-80; Mitchell L. Chase, "‘From Dust You Shall Arise’: Resurrection Hope in the Old Testament," SBJT 18, no. 4 (2014): 9-29; Nicholas P. Lunn, "‘Raised on the Third Day according to the Scriptures’: Resurrection Typology in the Genesis Creation Narrative," JETS 57, no. 3 (2014): 523-35; Stephen G. Dempster, "From Slight Peg to Cornerstone to Capstone: The Resurrection of Christ on ‘the Third Day’ according to the Scriptures," WTJ 76, no. 2 (2014): 371-409; Joel R. White, "‘He Was Raised on the Third Day According to the Scriptures’" (1 Corinthians 15:4): Leviticus 23," TynBul 66, no. 1 (2015): 103-19; Jason S. DeRouchie, "Why the Third Day? The Promise of Resurrection in All of Scripture," Midwestern Journal of Theology 20, no. 1 (2021): 19-34.
  2. Di dalam Yes. 40-53, istilah "hamba" muncul dua puluh kali, selalu dalam bentuk tunggal. Kadang-kadang istilah ini merujuk kepada "hamba-hamba" Allah yang berdosa (misalnya, Yesaya 42:19, 22; 43:8, 10), tetapi di dalam Kidung Agung, istilah ini selalu merujuk kepada Mesias eskatologis, "hamba-hamba" Allah (Yesaya 42:1-9; 49:1-13; 50:4-11; 52:13-53:12). Untuk argumen bahwa hamba dalam Kidung Agung Yesaya adalah pembebas mesianis yang dijanjikan, lihat G. P. Hugenberger, -The Servant of the Lord in the ‘Servant Songs’ of Isaiah: A Second Moses Figure,- in The Lord’s Anointed: Interpretation of Old Testament Messianic Texts, ed. Philip E. Satterthwaite, Richard S. Hess, dan Gordon J. Wenham (Grand Rapids, MI: Baker Academic, 1995), 108-11; Walter C. Kaiser Jr, -The Identity and Mission of the ‘Servant of the Lord,’ - in The Gospel According to Isaiah 53: Encountering the Suffering Servant in Jewish and Christian Theology, terj. Darrell L. Bock dan Mitch Glaser (Grand Rapids, MI: Kregel Academic, 2012), 89-92; Jason S. DeRouchie, -Redemptive-Historical, Christocentric Approach,- in Five Views of Christ in the Old Testament, ed. Andrew King dan Brian J. Tabb, Counterpoints: Bible and Theology (Grand Rapids, MI: Zondervan Academic, 2022), 208-9. Untuk argumen spesifik bahwa hamba dalam Yes. 49:1-6 merujuk kepada Mesias eskatologis, lihat G. K. Beale, A New Testament Biblical Theology: The Unfolding of the Old Testament in the New (Grand Rapids, MI: Baker Academic, 2011), 656-57.
  3. Untuk tinjauan lain tentang tipologi dan transformasi seperti yang diperdebatkan di sini, lihat Brent E. Parker, -The Israel-Christ-Church Relationship,- dalam Progressive Covenantalism: Charting a Course between Dispensational and Covenant Theologies, ed. John W. Humphreys (New York: McGraw-Hill, 2002). Stephen J. Wellum dan Brent E. Parker (Nashville: B&H Academic, 2016), 39-68.
  4. Bahasa eksplisit Paulus tentang "warisan" dalam Galatia 3:18 kemungkinan besar berakar pada tanah perjanjian di Perjanjian Lama (misalnya, Bil. 26:53-56; Yos. 11:23). Thomas R. Schreiner, Galatia, ZECNT (Grand Rapids, MI: Zondervan, 2010), 230; lih Ronald Y. K. Fung, The Epistle to the Galatians, NICNT (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1988), 155. Bdk. Bil. 18:20; 32:18-19; 33:54; 34:2; Ul. 4:21, 38; 12:9; 15:4; 19:14; 20:16; 24:4; 25:19; 26:1; Yos. 13:6-8; 24:28.

(t/Jing-jing)

Diambil dari:
Nama situs : Crossway
Alamat situs : https://www.crossway.org/articles/4-ways-jesus-fulfills-every-old-testament-promise/
Judul asli artikel : 4 Ways Jesus Fulfills Every Old Testament Promise
Penulis artikel : Jason S. DeRouchie