Paskah

Secercah Harapan

Kemudian, saya berkata kepada diri sendiri sambil menghela nafas duka karena pahitnya jiwa saya, "Bagaimana Allah bisa menghibur manusia celaka seperti aku ini?" Begitu selesai berkata demikian, kata-kata berikut kembali kepada saya, bagaikan gema yang menjawab, "Dosa ini bukan dosa yang mendatangkan maut." Seketika itu juga saya merasa seakan-akan diangkat keluar dari kubur dan saya berseru kembali, "Tuhan, bagaimana mungkin Engkau bisa berkata demikian?" Sebab, hati saya merasa sangat takjub mendapatkan tanggapan yang tepat dan tak terduga, yakni ketepatan ucapan, ketepatan waktunya; kuasa, kenyamanan, terang, dan kemuliaan yang datang bersamanya membuat saya merasa kagum. Kini, untuk satu saat ini, saya merasa tidak lagi ragu-ragu tentang hal yang sudah begitu membingungkan saya sebelumnya, yaitu saya takut dosa saya tak terampuni dan itu menyebabkan saya tak berhak untuk berdoa, bertobat, dll.; atau andai saya berhak melakukannya, sama sekali tak ada keuntungan atau manfaatnya bagi saya.

Alasan untuk Tetap Bertahan

Banyak hal yang telah dikatakan tentang nilai dari ketekunan. Kita semua mengetahui fabel tua yang baik tentang kura-kura dan kelinci. Dan, pengkhotbah besar Charles Spurgeon pernah berkata, "siput tidak pernah akan berhasil sampai pada bahtera, kecuali melalui ketekunan panjang!" Winston Churchill memimpin seluruh bangsa melalui Perang Dunia II dengan tekadnya yang kuat untuk berjuang sampai akhir dan tidak pernah menyerah .

Kitab Yakobus menempatkannya seperti ini:

Tuhan Yesus Diserahkan bagi Orang Berdosa

Berpikir tentang Anak Allah yang tidak disayangkan oleh Bapa-Nya, sungguh menggerakkan hati. Akan tetapi, pada pengertian tertentu, hal ini hanya merupakan permukaan dari apa yang ingin Paulus katakan di dalam Roma 8. Ini menggambarkan pengalaman Yesus dalam bentuk negatif. Dan, sekarang Paulus melengkapinya dengan suatu kebenaran penting yang lain, yaitu saat ia mengatakan bahwa Yesus telah diserahkan bagi orang berdosa sampai mati di atas kayu salib. Apa yang sebenarnya Paulus maksudkan?

Keselamatan sebagai Pemulihan

Hal yang cukup memukau adalah hampir semua istilah dasar untuk menjelaskan keselamatan dalam Alkitab menyiratkan kembali (return) kepada suatu keadaan atau situasi yang mula-mula baik. Penebusan (redemption) adalah sebuah contoh yang baik. Menebus (redeem) adalah "membayar lunas," yang secara harafiah "membeli kembali," dan gambaran yang ditimbulkan adalah tentang suatu penculikan.

Kemuliaan Kristus Sebagai Pengantara: Ketaatan-Nya

Ada kemuliaan yang tak tampak dalam semua hal yang telah dilakukan serta dialami Kristus di dunia ini. Kalau saja orang dapat melihat kemuliaan tersebut, mereka tentu tidak akan menyalibkan-Nya. Namun demikian, kemuliaan itu telah dinyatakan pada sejumlah orang, yakni para murid: "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa" (Yoh. 1:14).

Bahkan Jika Itu Berarti Salib

Yesus berkata kepada mereka semua, “Jika seseorang ingin mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya sendiri, dan memikul salibnya setiap hari, dan mengikuti Aku. Sebab, siapa pun yang berusaha menyelamatkan nyawanya, akan kehilangan nyawanya. Akan tetapi, barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apakah untungnya jika seseorang mendapatkan seluruh dunia, tetapi mati atau kehilangan nyawanya sendiri? (Lukas 9:23-25, AYT)

Pentakosta: "Tuhan dan Pemberi Hidup"

Pada poin ketiga dalam Pengakuan Iman Rasuli, Anda mengakui bahwa Roh Kudus adalah "Tuhan dan Pemberi hidup". Itulah pekerjaan Roh Kudus -- untuk memberi kehidupan. Pada hari Pentakosta inilah, pekerjaan Roh Kudus tersebut mendapat perhatian khusus dari gereja. Namun, pernahkah Anda berhenti untuk memikirkan apa yang terjadi di Yerusalem pada Pentakosta pertama?

Makna Pentakosta

Beberapa orang tidak mengetahui bahwa hari raya Pentakosta (yang dalam bahasa Yunani:..... , yang secara harafiah berarti "50 hari") sebenarnya dirayakan oleh orang Kristen dan Yahudi, tetapi perayaan tersebut memiliki arti yang berbeda. Sementara Orang Yahudi merayakannya sebagai hari Tuhan memberikan Hukum Taurat kepada umat-Nya di Gunung Sinai (yang disebut "Minggu-minggu" atau Shavuot), orang Kristen merayakannya sebagai hari turunnya Roh Kudus kepada para murid di ruangan atas. Kedua hari raya itu terjadi 50 hari setelah sebuah perayaan yang bersejarah - Orang Yahudi merayakan Shavuot 50 hari setelah hari raya Paskah, sementara orang Kristen merayakan Pentakosta 50 hari setelah kebangkitan Kristus. Akan tetapi, walaupun Pentakosta dirayakan secara berbeda, hari raya ini memperingati pencurahan kuasa dan bimbingan Tuhan. Bahkan, kita mengetahui bahwa hari raya Pentakosta orang Kristen adalah sebuah penyelesaian dan pemenuhan apa yang terjadi di Gunung Sinai.

Halaman